Berani Seperti Umar bin Khattab : Teladan Bagi Santri Masa Kini



Foto: Santri Nurul Jadid Bali mengikuti kajian rutin harian sebagai bagian dari penanaman adab dan keteladanan sahabat.

Di tengah derasnya arus globalisasi dan modernisasi, menjadi santri tidak hanya tentang belajar kitab dan ibadah, tetapi juga soal keberanian dalam menjaga prinsip. Keberanian untuk tetap jujur, berani berbeda, berani tampil sebagai pemuda Islam, bahkan ketika dunia hari ini banyak memalingkan wajah dari nilai-nilai agama. Sejarah Islam memberikan banyak tokoh panutan dalam hal ini, salah satunya adalah Sayyidina Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu. Beliau adalah sahabat Nabi Muhammad ï·º yang dikenal dengan keberanian, ketegasan, dan keadilannya. Teladan dari Umar bin Khattab sangat relevan bagi santri masa kini, yang juga dihadapkan pada berbagai tantangan zaman.

Siapa Umar bin Khattab?

Umar bin Khattab adalah salah satu sahabat utama Rasulullah ï·º dan termasuk dalam al-Khulafa’ ar-Rasyidun, empat khalifah pertama dalam sejarah Islam. Sebelum memeluk Islam, Umar dikenal sebagai orang yang sangat keras menentang dakwah Nabi. Namun, setelah hatinya dibuka oleh Allah, Umar berubah menjadi pembela paling setia terhadap Rasul dan Islam.

Beberapa kisah keberaniannya yang paling dikenal antara lain: Ketika hijrah ke Madinah, Umar tidak bersembunyi seperti kebanyakan sahabat lain. Ia justru menantang Quraisy secara terbuka.Ia juga orang pertama yang mengusulkan pengumpulan Al-Qur’an dalam satu mushaf pada masa Khalifah Abu Bakar. Semasa menjadi khalifah, ia memimpin dengan adil, berani menegur siapa saja, bahkan dirinya sendiri, jika bersalah. Setelah memahami kisah Umar bin Khattab secara singkat, kita bisa menelusuri lebih dalam: apa sebenarnya makna keberanian yang beliau wariskan kepada umat?

Makna Keberanian Menurut Umar

Keberanian Umar bukan hanya soal fisik atau suara lantang. Keberaniannya lahir dari iman yang kokoh, ketegasan prinsip, dan ketidakgentaran terhadap tekanan manusia, selama itu demi Allah dan kebenaran.Umar dikenal sangat adil. Ia tidak membedakan antara orang kaya atau miskin, rakyat biasa atau pejabat. Bahkan anaknya sendiri pernah dihukum karena melanggar aturan. Prinsip beliau:

“Tegakkan keadilan, meski terhadap dirimu sendiri.”

Keberanian Umar bukan sekadar kekuatan otot, tapi kekuatan hati yang tidak takut kehilangan jabatan atau popularitas demi keadilan.

Keberanian seperti itu tentu tidak hanya berlaku di zaman Umar. Justru saat ini, ketika tantangan lebih halus dan tersembunyi, keberanian hati sangat dibutuhkan terutama oleh santri Nurul Jadid Bali 

Santri Zaman Sekarang : Berani atau Tunduk? 

Santri saat ini mungkin tidak menghadapi pedang musuh seperti di zaman Rasulullah ï·º, tetapi tantangan hari ini tidak kalah berat:

- Berani menjaga identitas Islam di tengah budaya populer yang sekuler.

- Berani berkata benar, bahkan ketika semua orang ikut arus salah.

- Berani jujur saat ujian.

- Berani berkata 'tidak' pada hal-hal yang haram walau semua orang bilang 'boleh'.

Teladan Umar di Pesantren Nurul Jadid Bali

Di Pondok Pesantren Nurul Jadid Bali, nilai-nilai seperti keteguhan prinsip, keberanian dalam kebenaran, dan kepemimpinan berlandaskan ilmu ditanamkan sejak dini. Melalui kegiatan seperti kajian sirah, latihan kepemimpinan, pidato, dan penguatan akhlak, santri diarahkan bukan hanya untuk pintar secara ilmu, tapi juga bermental kuat dan siap tampil di tengah masyarakat.

Kutipan Umar bin Khattab untuk Santri 

“Aku tidak peduli apakah aku dalam keadaan kaya atau miskin, sebab aku tidak tahu mana yang lebih baik bagiku.”

“Hendaklah kamu menghisab dirimu sebelum kamu dihisab.” 

Para sahabat Nabi bukanlah manusia biasa. Mereka adalah generasi terbaik yang pernah hidup dan Umar bin Khattab adalah salah satu sosok yang kekuatan mental dan keadilannya diakui kawan dan lawan. Maka, wahai santri… keberanian bukan hanya soal suara lantang atau keberanian fisik. Tapi juga keberanian menjaga prinsip, jujur dalam pilihan, dan kuat dalam keyakinan seperti Umar bin Khattab. Karena itu, menjadi santri bukan hanya soal hafalan dan pelajaran. Tapi juga tentang menanamkan keberanian untuk hidup di jalan Allah, seperti Umar bin Khattab tegas, adil, jujur, dan tak goyah oleh tekanan zaman. Apakah kita, santri masa kini, sudah siap meneladani keberanian Umar dalam menjaga kebenaran? Ataukah kita masih takut dianggap berbeda karena memilih jalan Islam?


Penulis : Panglima masa kini. Mahasiswa Universitas Nurul jadid. Jurusan Teknik Informatika

Posting Komentar

0 Komentar